1.
Lingkungan masyarakat yang mayoritas
beragama Islam
2.
Pendidikan para remaja dan para pemuda relatif rendah
3.
Menyuadarai kurangnya pengetahuan Agama Islam
4.
Telah memiliki sumber murid terutama
tamatan MWB Muhammadiyah
Sendanglo
5.
Pendidikan karakter kebanyakan kurang
mampu
6.
Sekolah lanjutan masih sangat langka, terutama berada dikota yang
tidak
mungkin bisa di jangkau
pada waktu itu
7.
Telah memiliki tenaga pendidik, terutama
para pemuda yang berpendidikan Serta
mau dan mampu melaksanakan pengabdian pada dunia
pendidikan.
8.
Yayasan muhammadiyah menaruh kepedulian
dan sanggup menopang berkembangnya sebuah Madrasah yang
sedang digagas pada waktu itu
B.
PROSES
BERDIRI DAN PERTUMBUHAN MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH SENDANGLO TEMON
1.
Langkah
yang ditempuh
Setelah
timbul gagasan dari para Pemuda Pelajjar Islam waktu
itu ide tersebut dicetuskan sesama pemuda, antara lain :
1. Sdr
Sabtono, Randu
Temon
2. Sdr
Lahuri BA ( Alm ) Sendanglo,
Temon
3. Sdr
Budi, BA Sendanglo, Temon
4. Sdr Andi
Sutarsan, Sendanglo,
Temon
5. Sdr
Slamet Z.M Randu,
Temon
Kemudian sepakat mengadakan musyawarah
dengan tokoh-tokoh umat Islam serta
pengurus Ranting Muhammadiyah Desa Temon pada waktuitu, yaitu :
1.
Bpk G Syamsudi Ketua Sendanglo,
Temon
2.
Bpk Sabtono BA Sekretaris Randu Temon
3.
Bp H Nurhadi Bendahara
Sendanglo,
Temon
4.
Bp Tarto Suwarno Anggota Mojosari Keyongan
5.
Bp Muhdi Anggota/Sesepuh Sendanglo,
Temon
Hasil musyawarah memutuskan sepakat mendirikan wadah pendidikan
lanjutan, yakni
Madrasah
Tsanawiyah yang bernama Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Muhammadiyah
yang di singkat
MTsAIM Sendanglo, Temon
2.
Berdirinya
Madrasah
Sesuai
dengan tahun ajaran pada waktu itu, pendaftaran siswa baru dimulai pada awal bulan Januari
l969 sedangkan secara resmi, sesuai dengan Surat Keputusan, berdirinya MTsAIM Sendanglo adalah tanggal : 5 Februari 1969
3.
Lokasi
Tempat Belajar
Dengan modal
tekat dan ketulusan, meskipun belaum punya tempat belajar sendiri,
semua dapat berjalan, setelah dibuka pendaftaran ternyata hanya mendapat 18 anak putra dan
putri.
4.
Waktu
Belajar
Menyadari belum
punya tempat belajar sendiri, maka Madrasah masuk sore, setelah murid-murid
MWB pulang, Waktu belajar berkisar antara jam 13.00 - 17.30
WIB Pada tahun Ajaran 1971, ada Intruksi dari Pemerintah, dalam halk ini Departemen Agama, agar semua Madrasah masuk pagi bila ingin
mendapatkan bantuan tenaga Idukatif (Guru Negeri). Sedang Madrasah yang masuk sore tidak akan
dibantu tenaga Idukatif dan ber status
Madrasah Diniyah.
Namun karna
kesulitan mendapatkan Lokasi belajar, maka sementara waktu Madrasah tetap saja
masuk sore. Akhirnya melalui rapat kordinasi
antara pengurus dan dewan gurun dicapai
sesuatu kesepakatan, yaitu mulai
tahun ajaran 1972 Madrasah dimasukkan pagi, menumpang dirumah seseorang
pengurus Bapak G. Syamsudi.
Perlu diketahui
bahwa sejak berdirinya hingga akhir tahun ajaran 197
1siswa tidak di pungut bayaran kecuali sekedar untuk membeli
kapur tulis dan Administrasi pendidikan
selama tiga tahun guru mengajar tanpa
mendapatkan honorarium/Insentif.
5.
Perkembangan
selanjutnya
Berhubung
Madrasa seolah-olash tidak memiliki seorang
kepala, maka prestasi yang dicapai masih sangat kurang memuaskan.
Akan
tetapi, bagaimanapun wujudnya pengurus tetap bertekat
untuk
bertahan untuk sementara kepala Madrasah dipegang
oleh Bpk Muhammad Ridwan dari Blimbing Temon hingga tahun
1975, setelah ditinggalkan oleh Bpk Saptono, BA
karna beliau pindah tugas ke SMA
Muhammadiyah Gubug Kabupaten Grobokan
pad saat itu, penulis buku ini masih r
status Guru Bantu, karena tugas
pokoknya masih sebagai pejabat Kepala Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Sendanglo sejak tahun 1970.
Pada tahun 1976
penulis diusulkan melalui penilik sekolah yang pada waktu
itu dijabat oleh bapak Usman ( Alm )
dari desa Cangkringan Banyudono, untuk dimutasikan
ke MTsAIM Sendanglo Temon karena pengurus masih membutuhkan tenaganya.
Melalui beberapa
pertimbangan, khirnya usulan tersebut dikabulkan, tetapi dengan catatan, untuk sementara agar dirangkap. Sebab pada waktu itu menjelang
HUT Proklamasi
Kemerdekaan RI yang ke 31 dan kebetulan MIM Sendanglo
sedang mengikuti lomba Madrasah Tingkat Kabupaten mewakili kecamatan Simo. Alhamdulillah setelah diselekasi, ternyata MIM Sendanglo endapat urutan tingkat Kabupaten Boyolali dibawah MIM Kateguhan
sawi, yang menempati urutan pertama
, sebab mempunyai kelebihan dibidang perikanan.
Dengan telah
selesainya lomba tersebut, penulis untuk ditugasi secara penuh di MTsAIM
Sendanglo, sementera waktu, tugas kepala Madrasah dibagi dua
:
a.
Ke dalam dijabat oleh saudara N.Pujianto, BA dari Banjarsari Temon
b.
Sedang tugas-tugas keluar
dipercayakan kepada penulis
Alhamdulillah,
berkat jalinan kerja sama yang baik dengan induknya, yakni MTs Negeri Nogosari, maka hasil ujian semakin meningkat dan sangat menggembirakan, dari tahun ke tahun (1976-1981) Madrasah semakin mendapatkan simpati dari masyarakat sekita, terutama
dari MIM Congol,
Bendungan, Simo dan MIM Kepoh Sambi, yang menjadi sumber pemasukan murid paling
utama.
Dengan semakin bertambahnya jumlah murid,
mulai dirasakan adanya suatu kendala
didalam pengelolaan madrasah yang antara lain
:
a.
Tenaga
guru mulai berkurang dan silih bergant i karena , mulai tahun 1978 banyak
yang
b.
Di tugaskan Keluar daerah terutama
kekabupaten Blora Kabupaten Pati.
c.
Kurangnya sarana dan prasarana yang
memadai
d.
Belum memiliki tempat untuk belajar sendiri karena
sampai
saat
itu
masih tetap menumpang
di rumah bapak samsudi
Melalui Rapat
Kordinasi dengan pihak-pihak yang terkait,kepala Madrasa mengusulkan, Bila
madrasah menjadi besar satu – satunya jalan
adalah harus mandiri, usul diterima, akan tetapi sama sekali belum
mempunyai modal
untuk itu.
Atas
kesadaran dan keikhlasan Bpk Syamsudi,
beliau mewakafkan sebuah rumahnya secara tulus untuk digunakan sebagai
kegiatan belajar mengajar, tetapi muncul kendala
yang lain, rumah tersebut akan dipindahkan, tetapi belum
mempunyai tanah/kebun.
Berkat
kegigihan dan keuletan usaha dari para pengurus, akhirnya berhasil didapatkan
sebidang tanah wakaf seluas 735 m2 dan
telah bersertifikat. Adapun wakif pertama ini adalah adalah Bapak Ahmad sanuri
dari sendanglo.
Alhamdulillah,
pada tahun 1981 madrasah mulai merinti s
pembangunan sebuah gedung
yang terdiri dari 3 lokal dengan ukuran
6 x 7 m. Biaya pembangunan
seluruhnya swadaya
murni. Ini terjadi berkat kerjasama yang baik antara
pengurus dengan masyarakat. Terutam a
yang sangat berperan dan berpengaruh adalah Beliau Bpaka Muhdi selaku tokoh dan sesepuh
umat islam
Desa Temon pada umumnya, dan bagi
masyarakat sendanglo
pada khususnya.
Tahun
ajaran 1981/1982, Madrasah mulai mene
mpati lokasi yang baru meskipun Fisik gedung belum sempurna 100 % dan
masyarakat mulai menaruh kepercayaan, karna MTs Sendanglo telah dapat dilihat dengan nyata tahun ajaran 1983/1984 merupakan momen bagi
MTsM Sendanglo, karena mulai saat itu terbit peraturan baru dari
menteri Agama tentang mulai dibukanya kelas jauh atau Madrasah Tsanawiyah Negeri Filial.
Kesempatan
ini tidak disia-siakan oleh kepala madrasah, yang nota bene
adalah penulis sendiri untuk
merubah status Madrasah
dari swasta murni menjadi
Madrasah Tsanawiyah Negeri Filial, hal ini didasarkan pada
pertimbangan sebagai berikut :
a.
Untuk menjaga eksistensi madrasah
menapak ke masa depan
b.
Untuk mendapatkan simpati yang lebih
luas dari masyarakat
c.
Untuk meraih animo murid Yang semakin meningkat
d.
Untuk meningkatkan prestasi secara
menyeluruhkarena mendapat pembinaan langsung dari
MTsN Nogosari. Boyolali.
e.
Harapan puncak adalah menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri mandiri
dikelak dikemudian
hari.
Ternyata
perhitungan kepala Madrasah tidak meleset. Dengan predikat Negeri, meskipun masih Filial, ternyata berpengaruh besar terhadap
masyarakat luas.Melalui tahun berikutnya, MTsN Nogosari Filial di Sendanglo
mulai memiliki kelas pararel, Sebagian kelas dititipkan di rumah penduduk. kenyataan ini Bapak Sengari tergugah
untuk mewakafkan sebagian tanah kebunnya,
Sebagai wakif yang kedua setelah
bapak Ahmad Sanuri, beliau mewakafkan tanahnya
seluas 480 m2 Sebagai ajang ajang pendidikan bagi
MTsN Filial Sendanglo
Pada
tahun 1985 dibawah koordinasi pengurus
BP3 yang diketahui oleh Bapak
Syamsud, Murid bersama masyarakat
berhasil membangun gedung barudiatas tanah wakaf Bapak Sengari Tersebut diatas, gedung ke dua ini
terdiri dari 3 lokal ukuran 7x6 m, sehingga tahun ajaran
1985/1986 MTsN Filial
Sendanglo mempunyai siswa 6 kelas,
yang kelas I,II dan III
seluruhnya pararel.
Dengan
penuh ke Ikhlasan, Kepala Madarasah selalu berusaha untuk meningkatkan prestasi madrasah dengan kegiatan-kegiatan
antara lain sebagai berikut :
a.
Selalu mengikuti yang diselenggarakan
oleh Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan,
terutama lomba bersama MTs dan
SMP di tingkat kecamatan Simo yang seluruhnya ada 13 sekolah
tingkat
SLP pada tahun 80 an MTs Filial Sendanglo. Pernah menjuarai
lomba tata upacara bendera (TUB) tingkat kecamatan simo 2 tahun berturut-turut, sedangkan dibidang
olahraga, berkali-kali menmjuarai lomba Bola VOLLy tingkat SLTP sekecamatan
b.
Menyelenggarakan pesantren Romadhon tiap
bulan Romadhon
c.
Menambah jam pelajaran (Les) baik pagi
maupun sore hari
d.
Kegiatan Ektra Kurikuler setiap hari
jum’at sore jam 14.00-16.00 wib yang terbagi sbb.
1)
Kelas I. Pendidikan Kepramukaan
2)
Kelas II. Tartil membaca Al Qur’an
3)
Kelas III, Penambahan jam pelajaran
untuk menghadapi EBTANAS
Tersebut
diatas dijadwal secara bergantian
e.
Senam pagi Massal setiap jum’at pagi
f.
Latihan khitobah sebulan sekali setiap
minggu terakhir
g.
Pembinaan Klup volly balllatihan seminggu sekali sore
hari
h.
Tiap dua tahun
sekali mengadakan kemah bersama anggota
KKM MTsN Nogosari yang tempatnya
berpindah pindah secara bergiliran dalam hal ini Gudep MTsN Filial Sendanglo tdk pernah
absen mengikutinya.
i.
Tiap dua tahun
berselang Gudep
MTsN Sendanglo mengadakan kemah
sendiri keluar Pangkalan dengan maksud untuk latihan mandiri serta menunjukkan kepada masyarakat Luas bahwa pelajar
Madrasah Tsanawiyah
juga punya kegiatan
serta mampu
melaksanakan hal yang sepadan dengan SLTP umumnya yang
lain ( sama dengan
progranm DEPDIKBUD )
j.
Upacara bendera seminggu sekali tiap
hari senin pagi dengan petugas bergiliran tiap
kelas sedangtiap tanggal 17 dan hari-hari besar
nasional petugas dipercayakan oleh pengurus Osis,
k.
Dalam rangka meraih murid
yang sebanyak-banyaknya, disamping
menunjukkan prestasi seperti
tersebut diatas secara aktif kepala Madrasah
melalui khutbah jum’ah, khutbah hari raya
maupun pengajian hari-hari besar islam dan pengajian
malam di masyarakat, selalu memasarkan
keberadaan MadrasahTsanawiyah pada umumnya
dan MTsN Filial sendanglo pada khususnya,
Ternyata
semua usaha yang ditempuh kepala madrasah beserta seluruh kerabat kerja sama
yang yang baik
dengan BP 3 dan Masyarakat sekitar, membuahkan hasil yang sangat
positif. Ini dapat dilihat terutama pada perkembangan jumlah siswa grafiknya
terus merambat naik. Pada tahun
ajaran 1992/1993 kelas satu mulai pararel A B. C (tiga kelas)
sementera itu sebagian kelas terpaksa
dititipkan lagi dirumah penduduk.
Tahun
tahun perikutnya, ternyata kelas satunya selalu mendapat tiga kelas, dengan modal
wakaf Sebuah rumah dari bapak Muhdi,
maka melalui rapat kordinasi BP3 sepakat
membangun lagi sebuah
gedung yang baru.
Bertkat
kerja keras dari semua pihak, maka pada tahun 1994 MTs Filial sendanglo
berhasil membangun lagi sebuah gedung yang baru terdiri
dari 3 lokal dengan ukuran 3x8 m2 karena terbentur dana, Sampai saat ini (1998) gedung ini belum dapat disempurnakan.
Mulai
tahun Ajaran 1994/1995 MTsN Filial sendanglo
memiliki 9 kelas, siswa yang jumlahnya
sekitar 360-an, semuanya telah dapat ditampung, tidak
ada yang numpang lagi, juga perlu menjadi catatan bahwa
untuk menjadi madrasah negeri mandiri,
salah satu saratnya adalah memiliki tanah sendiri dengan luas
yang telah ditentukan.
Terbentur
masalah pemilikan tanah, maka atas dasar pemikiran yang mendalam
serta jiwa yang
Taqwa kepada Allah Bapak syamsudi
mengadakan musyawarah keluarga dengan Bapak Slamet Zuhri Mustofa yang intinya
berniat mewakafkan sebidang
tanah miliknya,
untuk kepentingan madrasah Tsanawiyah.
Al Hasil
dicapai suatu kesepakatan, sehingga bapak syamsudi
tampil sebagai wakif yang ketiga setelah
Bapak Ahmad Sanuri dan Bapak Sengari. Beliau mewakafkan tanahnya seluas 1.400 m2
yang masih satu komplek dengan madrasah Tsanawiyah tersebut dan telah
bersertifikat.
Pada
tahun pelajaran 1995 Departemen Agama memberi peluang penegerian Madrasah, sehingga kesempetan ini tidak
disia-siakan baik MIN Filial maupun MTsN
Filial Sendanglo secara bersama-sama
mengajukan syarat-syarat penegerian ke Departemen Agama, Walhasil :
a. MIN
Filial Sendanglo menjadi MIN Sendanglo mandiri pada tahun pelajaran 1996/1997
b. MTsN
Filial Sendanglo menjadi MTsN Temon pada tahun 1997 ( setahun kemudian ). (melalui KMA : No. 107 tahun 1997 tertanggal 17 Maret 1997 )
C. PERUBAHAN NAMA MTsN TEMON
MENJADI MTsN 10 BOYOLALI
Dasar hukum dari perubahan
nama MTsN Temon menjadi MTsN 10 Boyolali adalah KMA RI
Nomor 671 Tahun 2016 Tentang Perubahan Nama Madrasah
Negeri
D. KONDISI SAAT INI
Dilihat
sepintas, seolah-olah pertumbuhan dan perkembangan MTsN Temon dari awalnya tidak mengalami hambatan, tetapi sebenarnya
tidak demikian hambatan yang
dihadapi cukup berat juga antara
lain :
1.
Dibidang
Pengadaan
Sejak awal
berdirinya : 5 Februari 1969 hingga
dinegerikan : 17 Maret 1997, madrasah
Tsanaeiyah Sendanglo belum pernah mendapatkan dana bantuan dari manapun,
semuanya diusahakan melalui swadaya murni
oleh pengurus BP3 / Komite sejak awal sampai saat ini selalu
berkordinasi dengan kepala Madrasah, dan juga melalui peran serta
wali murid maupun masyarakat sekitar.
Istimewanya, baik kepala madrasah maupun
para guru dan karyawan bekerja dengan ikhlas
dilandasi dengan jiwa pengabdian yang tulus, tanpa ada imbalan duniawi yang mewadai, semuanya berjalan
dengan lancar dalam iklim yang sejuk.
2.
Bidang
Ketenagaan
Pada awalnya Hampir semua guru dan karyawan merupakan pegawai
tidak tetap (PTT), sebab tenaga yang ber NIP (PNS) tidak pernah lebih dari 5
oran, bahkan menjelang penegerian hanya ada 4 orang.
Maka tidak ayal lagi setiap saat, tenaga guru
khusunya, mengalami pasang surut, silih berganti, Sehingga
pada masa-masa transisi bisa membikin pusing kepala madrasah.
Tetapi saat ini kondisi ketenagaan sudah cukup banyak yaitu 33 orang
tenaga pendidik dan kependidikan, meliputi :